Metodologi Kajian Tradisi Kuno dalam Rekayasa Aksara Angka dan Huruf Bahasa Krowe di Wilayah Maumere

Opini22 Dilihat
banner 468x60

Oleh : Eliseus Warre

Manusia tercipta dengan budaya dan keyakinan’ masing”

banner 336x280

BEKOR BLIRAT adalah sebuah keyakinan lokal bahwa manusia berasal dari tanah.  Pelan tapi pasti cepat atau lambat budaya Kangae serta sastra lisan akan lenyap di atas puing-puing modernisasi.

Seorang arkeolog bernama Alip Edeng pernah menyatakan bahwa Jika anda ingin menguasai sebuah etnis ( suku) maka hancurkan budaya terlebih dahulu dengan  berbagai cara seperti menawarkan sebuah keyakinan atau menawarkan bahasa asing kepada sebuah Etnis untuk  Ciptakan sebuah skenario sehingga mereka akan meninggalkan budaya’ dan Keyakinan lokal mereka.

Ciptakan sebuah teror dengan yang menakuti mereka sehingga mereka akan patuh terhadap apa maunya kita.

Mereka harus tetap miskin, sebab orang miskin lebih mudah diatur ketimbang orang kaya. Ciptakan sebuah stigma menakutkan dengan berbagai resiko sehingga mereka akan patuh. Dengan demikian maka kebudayaan dan kearifan lokal berangsur lenyap di muka bumi..

Lebih muda menghancurkan budaya lisan sebuah etnis ketimbang budaya beraksara (tertulis)

Bahasa Krowe etnis Kangae termasuk bagian dari Budaya lokal yang TDK kokoh sebab generasi muda kita kurang peduli bahkan cenderung barbarian dan tidak lagi peduli terhadap adat istiadat serta kearifan lokal.

Itulah bagian dari skenario kejahatan kolonialsasi terhadap budaya’ lokal.

Faktor Ekonomi dan perkawinan campur (beda suku) juga mempengaruhi keaslian budaya lokal.

Cukup dengan sejumlah uang,maka sebuah kearifan lokal dan budaya etnis bisa hancur lebur,begitu juga dengan keyakinan lokal.

Penulias memperhatikan, bahwa banyak generasi muda yang keluar daerah dan mereka lupakan kearifan lokalnya.
Mereka terpengaruh oleh budaya lain.

Betapa sulitnya mempertahankan budaya lisan sebab mudah tergerus budaya asing yang miliki aksara (lambang bunyi- huruf). Sementara lambang bunyi dalam bahasa itu bisa di ciptakan oleh siapa saja dengan cara merekayasa melalui lambang bunyi atau symbol (konsonan – Vokal).

Mungkin saja etnis Kangae tidak memiliki huruf (lambang bunyi) suara dalam komunikasi lokal bahasa Krowe.

Hal ini dimungkinkan terjadi sebab situasi dan kondisi masyarakat yang TDK stabil berpindah pindah (Nomaden)

Jadi, bukan tanpa sebab. Dan kita harus  mempelajari Anatomi dan Antropologi budaya Etnis Kangae memang butuh kajian.

Coba perhatikan Etnis Thionghoa mereka boleh memiliki “huruf” yang disesuaikan dengan keadaan. Mereka bisa menciptakan huruf baru disesuaikan kemajuan teknologi.

Mereka punya Lembaga Bahasa yg bisa menciptakan huruf huruf baru yang disepakati untuk menyesuaikan dengan modernisasi.

Kita boleh ambil contoh misalnya Kata Komputer.Jaman Doeloe orang Tionghoa tidak kena Komputer tapi setelah tercipta Komputer maka mereka bisa menamai Komputer dalam huruf Tionghoa denga menggunakan huruf mereka.

Jadi, mereka boleh merekayasa huruf sesuai dengan kemajuan teknologi.

Bagiamana dengan bahasa (Dialek) Krowe?

Bahasa Krowe memiliki huruf dan Angka sebagai hasil rekayasa aksara yang akan kita bahas kemudian. *

*) Penulis adalah pemerhati masalah Sosial dan budaya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *